Wednesday 27 January 2016

Kisah Dibalik Foto Aylan Kurdi


Kisah Dibalik Foto Aylan Kurdi, Balita yang Membuat Dunia Menangis..Sedih!

Kamis pagi pada tanggal 3 September 2015, di bibir pantai Turki seorang polisi menangis. Tubuhnya menjulang tinggi dengan mata nanar dia melihat sosok tubuh kecil yang terbaring tertelungkup kira-kira 3 meter didepannya.

Tubuh tertelungkup ini tubuh anak-anak. Mungil. Dibungkus kaus merah, celana panjang biru, dan sepatu kain yang juga berwarna biru.


Namanya balita itu Aylan Kurdi. Dan pagi itu, ia telah kembali kepangkuan Yang Kuasa dalam usia yang baru menginjak angka tiga. Dan polisi Turki itu, polisi pantai yang ternyata memilih untuk tetap disebut sebagai anonimus saja (meski belakangan media berhasil mengetahui namanya: Adil Demirtas), mengangkat tubuh Alyan yang telah dingin dan separuh kaku dengan hentakan isak yang semakin keras.


“Beginilah kejamnya perang. Tapi orang-orang masih saja suka berperang,”desisnya, seperti yang dikutip Tribunnews.com

Ternyata selain kematian Aylan, kakaknya Ghalip (5), dan ibu mereka serta belasan anak dan orang dewasa lain setelah perahu yang mereka tumpangi terbalik dihantam badai di kawasan perairan lepas pantai Turki pada tanggal 2 September 2015 saat tengah malam.

Detik-detik sebelum tewas, balita itu sempat menyampaikan agar ayahnya tak mati. "Daddy, jangan mati," kata Muhamad menirukan pernyataan Abdullah, ayah Aylan, seperti dikutipDailymail.co.uk, Ahad, 6 September 2015.

Saat itu, udara dingin malam menyengat kulit dan langit gelap gulita. Tiba-tiba ombak besar menghantam kapal yang membuatnya terbalik.

Abdullah telah berupaya merengkuh kedua putranya, tapi gagal. "Dia berusaha dengan seluruh kekuatan mendorong kedua anaknya ke atas permukaan agar selamat. Dan mereka berteriak: ‘Daddy, jangan mati’, ujar Fatima Kurdi, bibi Aylan, seperti dikutip dari Telegraph.co.uk.

Setelah Abdullah mengetahui Galip telah meninggal, dia membiarkan anaknya hanyut dan berusaha menyelamatkan anaknya yang lain, Aylan. Namun harapan Abdullah pupus setelah melihat darah mengalir dari mata anak itu dan air laut dingin itu juga menghanyutkannya. “Ia memejamkan matanya dan membiarkan mereka," tutur Fatima.

Kemudian Abdullah mencari-cari istrinya. Tak berapa lama kemudian, dia menemukan istrinya sudah mengambang di air."Abdullah mengatakan: ‘Saya berusaha dengan segala kekuatan saya untuk menyelamatkan mereka. Namun saya tidak mampu’,”  ucap Fatima menirukan Abdullah.

Abdullah merupakan imigran gelap menuju Jerman untuk memperbaiki kehidupan keluarganya. Warga negara Suriah ini mengeluarkan uang US$ 5.000 kepada penyelundup untuk membawa keluarganya keluar dari Turki. Selama di Turki, Abdullah bekerja sebagai tukang pangkas rambut. Namun profesi itu tak bisa memberikan kehidupan yang cukup.

Sebelumnya, Abdullah bersama keluarga tinggal di Kobane, daerah perbatasan Suriah dan Turki. Mereka menempati dua kamar di rumah mertuanya. Namun, selama di Kobane, kehidupan mereka dipenuhi ketakutan setelah kelompok teroris, ISIS, sering meneror mereka."Hampir semua warga Kobane melarikan diri ke Turki, tak ada yang betah tinggal di sana. Suasananya mengerikan,"  kata Muhammad.

Sumber

No comments:

Post a Comment